Jumat, 17 April 2009

TEKNIK KOMUNIKASI DATA DIGITAL

TEKNIK KOMUNIKASI DATA DIGITAL
Asynchronous & Synchronous

• Masalah Timing (pewaktu) memerlukan suatu mekanisme untuk
mensinkronkan transmitter dan receiver
• Dua solusi
o Asinkron (Asynchronous)
o Sinkron (Syncronous)

TRANSMISI ASINKRON

• Data ditransmisikan dengan character pada satu waktu
o 5 sampai 8 bit
• Timing hanya perlu mengatur setiap character
• “Resync” terhadap setiap character

CARA KERJA ASINKRON :

• Dalam kondisi “steady stream”, interval antar character adalah
uniform (panjang elemen stop)
• Dalam kondisi “idle”, receiver melihat transisi 1 ke 0
• Kemudian mencuplik tujuh interval berikutnya (panjang char)
• Kemudian melihat 1 ke 0 berikutnya untuk char berikutnya
• Mudah
• Murah
• Overhead 2 atau 3 bit per char (~20%)
• Bagus untuk data dengan gap yang lebar


TRANSMISI SINKRON

• Blok data ditransmisikan tanpa bit start atau stop
• Clock harus disinkronkan
• Bisa menggunakan jalur clock yang terpisah
o Bagus pada jarak dekat
o Subject to impairments
• Sinyal clock dapat digabung kedalam data
o Manchester encoding
o Frekuensi Carrier (analog)

Frame adalah data plus kontrol informasi. Format yang tepat dari frame
tergantung dari metode transmisinya, yaitu :

1. Transmisi character-oriented

• Blok data diperlakukan sebagai rangkaian karakter-karakter
(biasanya 8 bit karakter).
• Semua kontrol informasi dalam bentuk karakter.
• Frame dimulai dengan 1 atau lebih 'karakter synchronisasi' yang
disebut SYN, yaitu pola bit khusus yang memberi sinyal ke receiver
bahwa ini adalah awal dari suatu blok.
• Sedangkan untuk postamblenya juga dipakai karakter khusus yang
lain. • Jadi receiver diberitahu bahwa suatu blok data sedang masuk, oleh
karakter SYN, dan menerima data tersebut sampai terlihat karakter
postamble. Kemudian menunggu pola SYN yang berikutnya.
• Alternatif lain yaitu dengan panjang frame sebagai bagian dari
kontrol informasi; receiver menunggu karakter SYN, menentukan
panjang frame, membaca tanda sejumlah karakter dan kemudian
menunggu karakter SYN berikutnya untuk memulai frame
berikutnya.

2. Transmisi bit-oriented

• Blok data diperlakukan sebagai serangkaian bit-bit.
• Kontrol informasi dalam bentuk 8 bit karakter.
• Pada transmisi ini, preamble bit yang panjangnya 8 bit dan
dinyatakan sebagai suatu flag sedangkan postamble-nya memakai
flag yang sama pula.
• Receiver mencari pola flag terhadap sinyal start dari frame. Yang
• diikuti oleh sejumlah kontrol field. Kemudian sejumlah data field,
• kontrol field dan akhirnya flag-nya diulangi.


Perbedaan dari kedua metode diatas terletak pada format detilnya dan
kontrol informasinya.


TEKNIK DETEKSI DAN KOREKSI KESALAHAN

TIGA KELAS PROBABILITAS HASIL

Ketika suatu frame ditransmisikan, tiga klas probabilitas yang dapat
muncul pada akhir penerimaan :
• Klas 1 (P1) : frame tiba tanpa bit-bit error.
• 
Klas 2 (P2) : frame tiba dengan satu atau lebih bit-bit error yang
tidak terdeteksi.
• Klas 3 (P3) : frame tiba dengan satu atau lebih bit-bit error yang
terdeteksi dan tidak ada bit-bit error yang tidak terdeteksi.

Persamaan dari probabilitas diatas dapat dinyatakan sebagai :

P1 = (1 - PB)
nf
P2 = 1 - P1

dimana :
nf = jumlah bit per frame
PB = probabilitas yang diberikan oleh bit apapun adalah error
(konstan, tergantung posisi bit).

Teknik deteksi error menggunakan error-detecting-code, yaitu tambahan
bit yang ditambah oleh transmitter, dihitung sebagai suatu fungsi dari
transmisi bit-bit lain. Kemudian pada receiver dilakukan perhitungan yang
sama dan membandingkan kedua hasil tersebut, dan bila tidak cocok maka
berarti terjadi deteksi error.

TEKNIK DETEKSI ERROR

1. PARITY CHECKS


Deteksi bit error yang paling sederhana parity bit pada akhir tiap word
dalam frame. Terdapat dua jenis parity bit ini :
• Even parity : jumlah dari binary '1' yang genap --> dipakai untuk
transmisi asynchronous.
• Odd parity : jumlah dari binary '1' yang ganjil --> dipakai untuk
transmisi synchronous.



Atau menggunakan operasi exclusive-OR dari bit-bit tersebut dimana akan
menghasilkan binary '0' untuk even parity dan menghasilkan binary '1' untuk
odd parity.

Catatan :
exclusive-OR dari 2 digit binary adalah 0 bila kedua digitnya adalah 0 atau
keduanya = 1; jika digitnya beda maka hasilnya = 1.

Problem dari parity bit :
Impulse noise yang cukup panjang merusak lebih dari satu bit, pada data
rate yang tinggi.


2. CYCLIC REDUNDANCY CHECKS (CRC)

Diberikan suatu k-bit frame atau message, transmitter membentuk
serangkaian n-bit, yang dikenal sebagai frame check sequence (FCS). Jadi
frame yang dihasilkan terdiri dari k+n bits. Receiver kemudian membagi
frame yang datang dengan beberapa angka dan jika tidak ada remainder
(sisa) dianggap tidak ada error.

Beberapa cara yang menjelaskan prosedur diatas, yaitu :

1. Modulo 2 arithmetic
Menggunakan penjumlahan binary dengan tanpa carry, dimana hanya
merupakan operasi exclusive-OR.

2. Polynomials
Dalam bentuk variabel x dengan koef isien-koefisien binary. Koefisien-
koefisien tersebut berhubungan dengan bit -bit dalam binary sehingga proses
CRC-nya dapat dijabarkan sebagai :

1. X M(X) = Q(X) + R(X)
--------- ---------------
P(X) P(X)

2. T(X) = X M(X)+ R(X) Error E(X) hanya tidak akan terdeteksi bila dapat dibagi dengan P(X).
Error-error yang dapat dideteksi yang tidak dapat dibagi oleh P(X) :
1. Semua error bit tunggal.
2. Semua error bit ganda, sepanjang P(X) mempunyai faktor paling
sedikit 3 syarat.
3. Jumlah error genap apapun, sepanjang P(X) mengandung faktor
(X + 1).
4. Burst error apapun dengan panjang burst lebih kecil daripada
panjang FCS.
5. Burst error yang paling besar.

3. Shift registers dan gate exclusive -OR

Shift register adalah device penyimpan string 1 bit dimana terdapat
sebuah line output, yang mengindikasikan nilai yang dimuat, dan sebuah
line input. Seluruh register di-clock secara simultan, yang menyebabkan 1
bit bergeser sepanjang seluruh register .

Sirkuit ini dapat dipenuhi sebagai berikut :
1. Register mengandung n bits, sama dengan panjang FCS.
2. Ada lebih dari n gate exclusive-OR.
3. Keberadaan dan ketiadaan suatu gate tergantung pada keberadaan
atau ketiadaan dari suatu syarat dalam polynomial pembagi, P(X).

Message kemudian masuk per bit pada suatu waktu dimulai dengan MSB.
Message M akan di-shift ke register dari input bit. Proses ini berlanjut
sampai semua bit dari message M ditambah 5 bit nol. 5 bit nol ini
menggeser M ke kiri 5 posisi untuk memuat FCS. Setelah bit terakhir
diproses, maka shift register memuat remainder (FCS) yang mana akan
ditransmisi kemudian.

Pada receiver, tiap bit M yang tiba, disisipi ke dalam shift register. Jika
tidak ada error, shift register akan memuat bit pattern untuk R pada akhir
dari M. Bit R yang ditransmisi sekarang mulai tiba dan efeknya yaitu me-
nol-kan register pada akhir penerimaan, register memuat semua nol.


FORWARD ERROR CORRECTION

Error-correcting codes dinyatakan sebagai forward error correction untuk
mengindikasikan bahwa receiver sedang mengoreksi error. Contohnya: pada
komunikasi broadcast digunakan transmisi simplex.

Metode transmisi ulang dinyatakan sebagai backward error correction
karena receiver memberi informasi balik ke transmitter yang kemudian
mentransmisi ulang data yang error.

1 komentar: